Perbuatan dosa memang selamanya tidak akan pernah bisa membuat hati
menjadi tenteram. Disadari atau tidak, sebenarnya, umumnya manusia tidak
ada yang ingin terus-menerus terjerat dalam lumpur dosa. Seorang
pelacur saja secara blak-blakan mengaku ingin segera terbebas dari
lumpur dosa dan mengingini hidup normal selayaknya orang-orang umum yang
memiliki pekerjaan halal. Seorang pencuri bahkan tidak menginginkan
kelak anaknya mengikuti jalan hidupnya sebagai pencuri. Para koruptor
juga mengaku selalu tidak bisa nyenyak tidur, karena takut korupsinya
terbongkar di depan publik.
Begitulah, perbuatan dosa memang pada dasarnya sangat menyiksa jiwa dan raga. Namun yang terpenting adalah; bila kita terlanjur berbuat dosa, maka berusahalah selekas mungkin untuk bertobat. Memohon ampunan-Nya, juga meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita zalimi.
Tidak ada kata 'putus asa' bagi hamba yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Allah melarang hamba berputus asa dari rahmat (kasih sayang) dan ampunan-Nya. Karena pintu tobat selalu terbentang lebar kepada siapa saja yang menghendaki, kapan pun dan di mana pun (hal. 9). Allah akan menangguhkan siksa kepada hamba yang mau bertobat. Jika seorang hamba telah memutuskan untuk bertobat, maka Allah akan menerimanya dengan memberikan ampunan, meskipun dosa-dosanya itu setinggi langit dan seluas bumi (hal. 10).
Tobat merupakan 'awal jalan' untuk menuju Allah dan 'cara pertama' untuk memperoleh keridhaan-Nya. Ibadah adalah sebuah kewajiban, sedangkan jalan permulaannya adalah bertobat. Oleh karenanya, tobat menjadi 'wajib' hukumnya bagi setiap hamba, baik laki-laki maupun perempuan (hal. 19).
Namun, ketika seorang hamba ingin bertobat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar tobatnya bisa diterima dan ia memperoleh maghfirah (ampunan) dari Yang Maha Kuasa. Sebagian ulama menyebutkan beberapa syarat-syarat tobat, antara lain; menyesali perbuatan yang telah lalu, berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat, dan segera meminta maaf atas kezaliman yang pernah dilakukan kepada orang lain (hal. 26).
Tobat menjadi sebuah 'indikasi nyata' adanya iman di dalam hati seorang hamba. Tidak ada wajah yang lebih putih dan bercahaya daripada mereka yang mau bertobat, yang berusaha mengganti maksiat dan kejahatan-kejahatan yang pernah diperbuat dengan memperbanyak amal-amal kebaikan (hal. 34). Istiqamah dalam ketaatan, mendirikan kewajiban dan selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah sunah adalah di antara perkara besar yang bisa menghapus dosa dan membersihkan lembaran-lembaran kelam catatan amal manusia (hal. 85).
Buku setebal 240 halaman ini sengaja ditulis dengan gaya bahasa motivasi dan mengajak pembaca untuk masuk ke dalam dirinya sendiri agar bisa melihat bagaimana hatinya, mengetahui hakikat dirinya, sekaligus meneliti segala kekurangan yang selama ini bersemayam dalam dirinya. Harapan penulis, buku ini bisa menjadi 'obat luka hati' siapa saja yang selalu diranjam resah karena terlanjur melakukan banyak dosa dan ingin bertobat tetapi tak tahu harus bagaimana dan kapan memulainya.
Buku karya Muhammad Nabil Dhaif ini juga dilengkapi kisah-kisah klasik para pendosa yang akhirnya menyadari kesalahannya lalu bertobat dan mendapatkan ampunan serta berhasil meraih surga-Nya. Seperti, kisah pertobatan perempuan tukang zina yang tega membunuh anaknya sendiri, kisah pertobatan kaum Bani Israil yang pernah membunuh 100 nyawa, kisah lelaki yang masuk surga setelah menyedekahkan jatah rotinya kepada orang miskin, dan masih banyak kisah-kisah lain yang sengaja dihadirkan penulis untuk memberikan motivasi kepada para pembaca. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun atas segala rerupa dosa manusia. Ya, memang benar, selama napas masih berhembus, tidak ada kata terlambat untuk bertobat.
Begitulah, perbuatan dosa memang pada dasarnya sangat menyiksa jiwa dan raga. Namun yang terpenting adalah; bila kita terlanjur berbuat dosa, maka berusahalah selekas mungkin untuk bertobat. Memohon ampunan-Nya, juga meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita zalimi.
Tidak ada kata 'putus asa' bagi hamba yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Allah melarang hamba berputus asa dari rahmat (kasih sayang) dan ampunan-Nya. Karena pintu tobat selalu terbentang lebar kepada siapa saja yang menghendaki, kapan pun dan di mana pun (hal. 9). Allah akan menangguhkan siksa kepada hamba yang mau bertobat. Jika seorang hamba telah memutuskan untuk bertobat, maka Allah akan menerimanya dengan memberikan ampunan, meskipun dosa-dosanya itu setinggi langit dan seluas bumi (hal. 10).
Tobat merupakan 'awal jalan' untuk menuju Allah dan 'cara pertama' untuk memperoleh keridhaan-Nya. Ibadah adalah sebuah kewajiban, sedangkan jalan permulaannya adalah bertobat. Oleh karenanya, tobat menjadi 'wajib' hukumnya bagi setiap hamba, baik laki-laki maupun perempuan (hal. 19).
Namun, ketika seorang hamba ingin bertobat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar tobatnya bisa diterima dan ia memperoleh maghfirah (ampunan) dari Yang Maha Kuasa. Sebagian ulama menyebutkan beberapa syarat-syarat tobat, antara lain; menyesali perbuatan yang telah lalu, berketetapan hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang pernah diperbuat, dan segera meminta maaf atas kezaliman yang pernah dilakukan kepada orang lain (hal. 26).
Tobat menjadi sebuah 'indikasi nyata' adanya iman di dalam hati seorang hamba. Tidak ada wajah yang lebih putih dan bercahaya daripada mereka yang mau bertobat, yang berusaha mengganti maksiat dan kejahatan-kejahatan yang pernah diperbuat dengan memperbanyak amal-amal kebaikan (hal. 34). Istiqamah dalam ketaatan, mendirikan kewajiban dan selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah sunah adalah di antara perkara besar yang bisa menghapus dosa dan membersihkan lembaran-lembaran kelam catatan amal manusia (hal. 85).
Buku setebal 240 halaman ini sengaja ditulis dengan gaya bahasa motivasi dan mengajak pembaca untuk masuk ke dalam dirinya sendiri agar bisa melihat bagaimana hatinya, mengetahui hakikat dirinya, sekaligus meneliti segala kekurangan yang selama ini bersemayam dalam dirinya. Harapan penulis, buku ini bisa menjadi 'obat luka hati' siapa saja yang selalu diranjam resah karena terlanjur melakukan banyak dosa dan ingin bertobat tetapi tak tahu harus bagaimana dan kapan memulainya.
Buku karya Muhammad Nabil Dhaif ini juga dilengkapi kisah-kisah klasik para pendosa yang akhirnya menyadari kesalahannya lalu bertobat dan mendapatkan ampunan serta berhasil meraih surga-Nya. Seperti, kisah pertobatan perempuan tukang zina yang tega membunuh anaknya sendiri, kisah pertobatan kaum Bani Israil yang pernah membunuh 100 nyawa, kisah lelaki yang masuk surga setelah menyedekahkan jatah rotinya kepada orang miskin, dan masih banyak kisah-kisah lain yang sengaja dihadirkan penulis untuk memberikan motivasi kepada para pembaca. Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun atas segala rerupa dosa manusia. Ya, memang benar, selama napas masih berhembus, tidak ada kata terlambat untuk bertobat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar